Kamis, 23 Juni 2016

Penatalaksanaan Pre Eklampsia dan Eklampsia



1.         Penatalaksanaan Pre Eklampsia
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-tanda sedini mungkin(pre elkampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor peredisposisi. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, dan pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat, tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Penanganan
Tujuan  utama penanganan adalah:
a.         Untuk mencegah terjadinya PE dan E
b.        Hendaknya janin lahir hidup
c.         Trauma pada janin seminimal mungkin
Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan preeklampsia, terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.

Penatalaksanaan Pre-eklamsi ringan: :
a.         Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia
b.        Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
c.         Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
d.        Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
e.         Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol  1-3 x 5 mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
f.         Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
g.        Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu.
h.        Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan preeklampsia berat.
i.          Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
j.          Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
k.        Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau indikasi terminasi kehamilan lainnya.
l.          Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.

Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat :
a.        Per-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu:
1)      Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut:
a)   Berkan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra dindikasi)
b)   Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
c)   Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi gejala.
d)  Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan: induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2)      Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.

b.        Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas:
1)      Penderita di rawat inap
a)   Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
b)   Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
c)   Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri)
d)  Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
e)   Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
f)    Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
2)      Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet katapres  3x½ tablet sehari
3)      Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
4)      Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5)      Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang mengedan.
6)      Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebsbkan atonia uteri.
7)      Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24jam post partum.
8)      Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.

c.         Prinsip penanganan preeklampsia:
1)      Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2)      Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3)      Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4)      Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

2.         Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan
a.         Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit
b.        Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg. 
c.         Tujuan perawatan di rumah sakit;
1)   Menghentikan konvulsi
2)   Mengurangi vaso spasmus
3)   Meningkatkan diuresis
4)   Mencegah infeksi
5)   Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
6)   Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
d.        Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
1)   Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
2)   Menghindari lidah tergigit
3)   Pemberian oksigen
4)   Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
5)   Menjaga jangan terlalu trauma
6)   Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
e.         Observasi ketat penderita:
1)   Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.
2)   Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi, respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan jumlah kejang.
3)   Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
4)   Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif

Tatalaksana
Tujuan pengobatan :
1.         Untuk menghentikan dan mencegah kejang
2.         Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
3.         Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4.         Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

Pengobatan Konservatif
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).

Pengobatan Obstetrik
1.      Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin
2.      Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu

Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.

Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar