1.
Penatalaksanaan Pre Eklampsia
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan
bermutu serta teliti, mengenal tanda-tanda sedini mungkin(pre elkampsia
ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi
lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia
kalau ada faktor-faktor peredisposisi. Berikan penerangan tentang manfaat
istirahat dan tidur, ketenangan, dan pentingnya mengatur diit rendah garam,
lemak, karbohidrat, tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang
berlebihan.
Penanganan
Tujuan utama penanganan
adalah:
a.
Untuk
mencegah terjadinya PE dan E
b.
Hendaknya
janin lahir hidup
c.
Trauma
pada janin seminimal mungkin
Pada dasarnya penanganan
preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan
obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal yaitu sebelum
janin mati dalam kandungan, tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.
Setelah persalinan berakhir jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup
matur lebih baik hidup diluar kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal
tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan preeklampsia, terutama bila
janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis
untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Penatalaksanaan
Pre-eklamsi ringan: :
a.
Istirahat
di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia
b.
Tidak
perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
c.
Pemberian
luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
d.
Pemberian
asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
e.
Bila
tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi:
metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10
mg / hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5
mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
f.
Diet
rendah garam dan diuretika tidak perlu
g.
Jika
maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu.
h.
Indikasi
rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan preeklampsia berat.
i.
Jika
dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
j.
Jika
ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
k.
Pengakhiran
kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau
indikasi terminasi kehamilan lainnya.
l.
Persalinan
dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi
untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan
Pre-eklamsi berat :
a.
Per-eklamsi
berat kehamilan kurang 37 minggu:
1)
Janin
belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan
rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut:
a)
Berkan
suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra dindikasi)
b)
Jika
ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat diteruskan
lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali jika
ada kontraindikasi)
c)
Selanjutnya
wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan berat badan seperti
pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi gejala.
d)
Jika
dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan:
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2)
Jika
pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
b.
Pre-eklamsi
berat kehamilan 37 minggu ke atas:
1)
Penderita
di rawat inap
a)
Istirahat
mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
b)
Berikan
diit rendah garam dan tinggi protein
c)
Berikan
suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri)
d)
Suntikan
dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
e)
Syarat
pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam yang
lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas
10% ampul 10cc.
f)
Infus
detroksa 5 % dan ringer laktat
2)
Obat
antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet
katapres 3x½ tablet sehari
3)
Diuretika
tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung
kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
4)
Segera
setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin
(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5)
Kala
II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang
mengedan.
6)
Jangan
berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebsbkan atonia
uteri.
7)
Pemberian
sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4
jam dalam 24jam post partum.
8)
Bila
ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.
c.
Prinsip
penanganan preeklampsia:
1)
Melindungi
ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2)
Mencegah
progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3)
Mengatasi
atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4)
Melahirkan
janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur
atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
2.
Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama
dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan berulangnya serangan
konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan
a.
Penderita
eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit
b.
Saat
membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang
selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau
luminal 200mg atau morfin 10mg.
c.
Tujuan
perawatan di rumah sakit;
1)
Menghentikan
konvulsi
2)
Mengurangi
vaso spasmus
3)
Meningkatkan
diuresis
4)
Mencegah
infeksi
5)
Memberikan
pengobatan yang tepat dan cepat
6)
Terminasi
kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak
memperhitungkan tuannya kehamilan.
d.
Sesampai
di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
1)
Membersihkan
dan melapangkan jalan pernapasan
2)
Menghindari
lidah tergigit
3)
Pemberian
oksigen
4)
Pemasangan
infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
5)
Menjaga
jangan terlalu trauma
6)
Pemasangan
kateter tetap(dauer kateter)
e.
Observasi
ketat penderita:
1)
Dalam
kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan dan
rangsangan.
2)
Dibuat
daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi, respirasi, suhu
badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali
sehari. Juga dicatat kesadaran dan jumlah kejang.
3)
Pemberian
cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
4)
Diperiksa
kadar protein urine 24 jam kuantitatif
Tatalaksana
Tujuan
pengobatan :
1.
Untuk
menghentikan dan mencegah kejang
2.
Mencegah
dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
3.
Sebagai
penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4.
Mengakhiri
kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
Pengobatan
Konservatif
Sama seperti pengobatan pre
eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan
obat anti kejang (MgSO4).
Pengobatan
Obstetrik
1.
Sikap
dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin
2.
Bilamana
diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan)
kondisi dan metabolisme ibu
Setelah persalinan, dilakukan
pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus
eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama
setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu.
Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya
tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.
Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan
eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya
vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan
(eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi,
aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia
dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang menggembirakan.
Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl
Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai
mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian
pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.