a) Perkembangan Islam di Sumatera
Daerah
Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian
Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di
tepi selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India.
Pada
abad XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di
tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah Samudra
Pasai berturut-turut sebagai berikut :
· Sultan
Al Malikus Shaleh
· Sultan
Al Malikuz Zahir I
· Sultan
Al Malikuz Zahir II
· Sultan
Zainal Abidin
· Sultan
Iskandar
Persia
dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-bandar
sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang
sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim.
Para mubalig pada waktu itu juga ke Cina.
Para
pedagang dari India, yakni bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja kecil,
ketika raja tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam
sehingga berdirilah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai.
Seiring dengan kemajuan Samudera Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama
Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya
menyebar ke seluruh nusantara.
b) Perkembangan Islam di Jawa
Masuknya
Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim setelah berdirinya
kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa Sultan Mansursah.
Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara, Tuban dan Giri.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh
para Wali Songo, yaitu:
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia
dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli
tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419
M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .
b.
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa,
ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya
lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main
wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel
tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini
lahir para mubalig kenamaan seperti :
· Raden Paku (Sunan Giri)
· Raden Fatah (Sultan Demak pertama)
· Raden Makhdum (Sunan Bonang)
· Syarifuddin (Sunan Drajat)
· Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan
Islam ke daerah Blambangan.
Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M.
Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.
c.
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Beliau putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia
sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan
Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah
Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba
ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah.
Beliau wafat tahun 1515 M.
e.
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni
berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang
diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini
adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka
dakwah Islam.
f.
Sunan Drajat
Nama
aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau
terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan
dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g.
Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung
Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia
memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia
juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu
Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi
Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama
aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun
1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau
Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan
menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
a) Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya
Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu
karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari
luar pulau Jawa, seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan
murid-muridnya ke Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada
abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo.
Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya dengan
kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan
Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk
berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama katolik. Akan
tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di daerah itu.
b) Perkembangan
Islam di Kalimantan
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah ada
kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang
lain adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di
Kalimantan Selatan.
Pada
abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590
kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya
adalah sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad
Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan
seorang muballigh bernama Syekh Syamsudin.
Di
kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara
lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan
Daha. Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika
Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera menyebarkan agama
Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti
nama dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat
mengalahkan Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di
Kalimantan.
Diatas
telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai
kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama
Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak
di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar
juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk
berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur
mulai abad XVI.
c)
Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran
Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal
dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada
saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa
berjalan dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada
abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi
tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada
tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII
Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-tahun di Ambon.
Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu bertentangan sehingga menjadi
makin lemah dan tidak mampu membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda
mulai menjajah Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun
1605.
Berangsur-angsur
Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun 1669 dapat
ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang mampu bertahan
sampai akhir abad XIX.
Dalam
rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan Islam, maka
kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan mengadakan
perlawanan terhadap penjajah.
Sehingga banyak berjatuhan
pahlawan-pahlawan muslim, antara lain :
a.
Sultan Iskandar
Mahkota Alam dari Aceh
b.
Sultan Agung
dari Mataram
c.
Sultan Ageng
Tirtayasa dari Banten
d.
Sultan Hasanudin
dari Makasar
e.
Sultan Babullah
dari Ternate
f.
Imam Bonjol dari
Sumatra Barat
g.
Teuku Umar dari
Aceh
h.
Pangeran
Diponegoro
Perkembangan Islam tidak hanya
tergantung pada raja-raja, tetapi perang para muballigh juga menetukan. Pada
abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti Hamzah Fansuri, Abdul Rauf Singkil,
Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari Aceh dan Syekh Yusuf Tajul
Khalwari dari Makasar.
Pada abad itu umat Islam menghadapi
penjajah terutama dari Eropa dengan membawa agama Nasrani yang telah
berpengalamn dalam Perang salib.
Selain Islam masuk
dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh
raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar